Sunday, February 20, 2011

CURANG DI UJIAN NASIONAL, BISA KARENA TERBIASA

Ini adalah lanjutan tulisan saya kemarin yang berjudul “MAU SUKSES UJIAN NASIONAL 2011” bisa kalian klik di link berikut

http://alfiannurmujtahidin.blogspot.com/2011/02/mau-sukses-ujian-nasional-2011.html

Sebenarnya aku ogah komentari yang satu ini, nah loh kok ogah sih, demi kemajuan Indonesia okelah. Selama ini banyak banget orang yang bilang, kapan sih Indonesia bisa bersih dari korupsi, kapan sih Indonesia bisa bebas dari para koruptor koruptor brengsek itu, kapan sih Indonesia ini maju tanpa korupsi, kapan sih, kapan sih ? semua orang bertanya – tanya seperti itu, baik itu tukang becak, tukang sol sepatu, hingga pejabat – pejabat teras pemerintah.

Sebenarnya simple saja, saya pernah baca suatu artikel di www.pandji.com broken window theory. Suatu teori tentang bisa karena terbiasa. Mungkin, mungkin ini menurut saya, mungkin karena kita udah terbiasa kali ya, kita terbiasa dengan hal yang “cheating” coba deh kalian pikirkan dalam – dalam.

Korupsi, bukankan korupsi itu masuk dalam hal kecurangan, penyuapan, dan hal – hal yang berbau negative. Terus coba kalian tanya dalam diri kalian sendiri, setiap kita lakukan kegiatan, adakah hal – hal yang kita lakukan termasuk kecurangan.

Nah dari suatu teori itu, saya sempat terfikir oleh satu hal ini, UJIAN NASIONAL. Yah UNAS, UNAS merupakan alat evaluasi untuk mengevaluasi kesuksesan suatu tahap belajar kita disekolah. Nah, karena alat evaluasi itu yang digunakan hanya UNAS, kita berfikir sebentar, segala cara kita lakukan untuk menysukseskan Ujian Nasional. Siswa, guru, dan orang tua semuanya khawatir.

Beragam cara dilakukan, mulai dari les, bimbingan belajar, tambahan kelas, dll.

Pokok permasalahnnya, terletak pada ini, kenapa kok kita gag bebas bebas aja dari korupsi, kenapa sih? Jawabannya karena ternyata kita tidak pernah lepas dari korupsi, baik itu yang nyata atau tidak nyata. Sebenarnya diri kita tidak terasa saja kan ? bukankah tindakan menyontek, curang disaat ujian itu termasuk korupsi.

Parahnya, saat saya sekolah di SMA, institusi pendidikan, suatu institusi yang mengajarkan kita, tidak hanya ilmu tapi akhlak juga mengajarkan korupsi, mereka menyukseskan diri untuk bisa meluluskan seluruh siswanya di UNAS, akhirnya mereka curang, dan itu sekolah, sekolah yang harusnya mendidik kita, malah mengajarkan kita tentang korupsi. Sejak sekolah, dari SD, SMP, SMA kita tidak terasa seperti itu, jadi ya jangan heran kalau kita seperti ini, tidak terbebas dari korupsi.

Kedua, banyak teman teman kita, yang masuk SMP, SMA, atau PTN dengan cara tidak halal, menyuap misalnya, atau ‘sogok’ sehingga mereka masuk di SMP, SMA, dan PTN favorit padahal mereka gag bisa apa – apa, dan yang parah, aku prihatin kalau ternyata mereka keras dan lantang berbicara berantas korupsi.

Ketiga, pilkada, pileg. Sadar tidak sadar, saya disuruh milih calon A dan diberi uang Rp. 25.000,00 dan ternyata itu dibagikan diseluruh calon pemilih pilkada, pileg. Jangan heran kalau ternyata mereka setelah terpilih korupsi, dan yang parah kejadian itu terjadi pula di pemilihan kepala desa, bahkan kepala RT/RW.

Keempat, tragedy tersebut seolah kita lupakan, kejadian atau runtutan peristiwa itu seolah kita lupakan dalam hal pemberantasan korupsi, kita selalu lantang membicarakan kasus itu dihukuman koruptor terlalu ringan, atau yang lainnya, jangan heran. Yang lebih parah, ‘banyak’ orang percaya untuk jadi polisi atau tentara harus ngasih uang ratusan juta. Penegak hukum juga melakukan korupsi. Jangan salah, dan jangan heran kalau korupsi itu merajalela.

Solusinya, benahi dulu yang bawah – bawah ini, tak usah lah kita membenahi orang tua kita, atau generasi tau kita, tapi benahi generasi – generasi muda kita. Banyak sekali siswa SD, SMP, SMA, mahasiswa yang melakukan tindak korupsi secara tidak nyata. Curang contohnya, dan itu diajarkan sejak di sekolah, dalam UNAS biasanya. Mungkin saya tidak punya data fakta tentang itu, tapi saya mengalami sendiri, bagaimana tidak sekolah saya ‘menghalalkan’ kecurangan dalam UNAS dan secara terang – terangan guru – guru saya yang ‘menghalalkan’ itu.

Kalau generasi muda kita, sudah terbiasa dengan kecurangan, dengan tindak korupsi secara tidak nyata, jangan heran dan jangan salah kalau korupsi susah diberantas, bisa saja mereka saat memimpin di suatu lembaga pemerintah, menjadi koruptor. Karena sejak dini mereka dibiarkan melakukan tindakan tersebut, bahkan oleh institusi pendidikan, sekolah!

Prihatin, tidak usah prihatin, ini tugas berat kita semua, dan semoga ini tulisan dibaca oleh seluruh generasi muda Indonesia. Bagi kawan – kawan, adek adek kelas saya yang akan UNAS, tidak usah kalian curang,menyontek, mengirim SMS. Kerjakan dengan diri kalian sendiri, jika kalian bisa, pasti bisa, jika kalian yakin, pasti bisa. Bukan nilai yang terpenting tapi tindakan kita. Bukan nilai yang membuat kita akan masuk ke surge atau neraka, tapi tindakan kita. Meskipun kalian dapat nilai 10 tapi curang, tidak ada gunanya, bukan pahala yang kalian dapatkan tapi dosa. Lebih baik kalian dapat nilai 8 tapi jujur, kalian mendapat pahala. Bukankan tujuan kita hidup bukan dapat nilai 8 atau 10, tapi mendapat pahala.

Semoga sukses UNAS, adik – adik SMP,SMA. Semoga tuhan selalu memberikan yang terbaik dan terima kasih telah membaca tulisan ini.

No comments:

Post a Comment